Hari ini akhirnya gw sukses "mengkhatamkan" Seluas langit biru. Jangan bertanya kenapa gw baca buku ini. Emang rada-rada aneh ngebaca novel dengan gaya bicara yang hanya bisa dimengerti kalangan perempuan dan sejumlah lelaki metroseksual. But overall it's okay lah, ga ada salahnya mencoba memahami wanita, because karena at least setidaknya gw mendapatkan 3 hal berharga didalamnya.
Pertama, Adanya pesan didalamnya yang menjadikan gw bisa lebih mengerti pemikiran kaum wanita, khususnya yang "terjodohkan". Kedua, perbendaharaan kata yang cukup baik didalamnya, setidaknya akan banyak membantu gw dalam proses menulis. Dan yang ketiga, gw selalu suka akhir yang bahagia :)
Terlepas dari sumpit yang bisa terbang dan menancap di tangan orang, sebenarnya novel ini cukup realistis.
Hari ini gw juga merasakan hal yang nggak biasa. Tiba-tiba aja ada tukang parkir yang memberi nasihat yang amat mengena dihati, padahal gw cuma ngasih duit seribu perak. Terus pas di kesempatan lain gw turun di Stasiun Gondangdia dan naik ojek kerumah umi icah, diperjalanan sempet-sempetnya sang tukang ojek yang gw juga gak sangka-sangka memberikan nasihat begitu berarti
2 comments:
van,gak sekalian baca yang nyanyian hujan,itu bukunya lebih mengekspos sudut pandang cowok-diaz hanafiah
tapi ya covernya girly2 gitu
i love ur last quotes
Post a Comment